By Saya Monika
Bongkar Pasang adalah gambar sosok dua dimensi yang dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan gambar pakaian dan asesorisnya. Bisa berupa sosok pribadi, tokoh kartun, atau tokoh rekaan belaka. Ditambah pula gambar berbagai peralatan rumah tangga semisal tempat tidur, telepon dan berbagai gambar makanan. Dan, perabotan yang tidak ada dalam pola, biasanya dibuat sendiri dari kertas, plastik, atau kayu.
Di Indonesia jenis permainan ini disebut sebagai permainan Bongkar Pasang. Istilah ini berasal dari lembaran kertas permainan ini yang ada tulisannya BP (bongkar Pasang) di ujung kiri atas. Sesuai dengan namanya, gambar-gambar yang terdapat di lembaran kertas dibongkar atau digunting dahulu baru dipasang sesuai dengan keinginan kita. Di tempat saya dinamakan putren atau permainan putri, permainan khusus kaum perempuan. Di tempat lain kadang dinamakan wong-wongan, orang-orangan, BP mini, omah-omahan, rok-rokan, dsb. Di dunia dikenal sebagai boneka kertas, paper doll.
Boneka kertas ini muncul pertama kali di Paris pada abad 18, pada masa pemerintahan raja Louis XV. Awalnya berupa gambar artis yang sedang populer pada waktu itu. Diperuntukkan memang untuk permainan yang bisa dibongkar pasang alias tidak permanen. Dalam perkembangannya permainan ini menyebar keseluruh dunia dengan berbagai karakter seperti, bintang film, tokoh komik, dan yang paling populer sosok boneka barbie. Permainan ini cepat populer karena sangat mudah dibuat, murah, dan tidak perlu keahlian khusus dalam merakitnya.
Pertama kali waktu saya masih di SD Muhammadiyah I Banjarnegara, nama-nama yang tercantum di kertas putren bernama nona Shakira, Nona Christina, Marie, dll. Berbagai pakaian yang ada adalah gaun pesta, gaun ulang tahun, gaun bermain, gaun show, gaun ballet, dan gaun karaoke.
Waktu istirahat sekolah saya beli kertas putren ini di tukang jual mainan di depan sekolahan. Kemudian gambarnya saya potong-potong sesuai pola yang ada dan saya bungkus dengan kertas biar tidak berceceran. Saya biasanya pilih gambar yang wajahnya cantik-cantik. Di rumah gambar- gambar ini saya simpan di kotak sepatu, dan kami namakan lemari. Semakin banyak koleksi yang tersimpan di lemari maka dianggap paling prestisius sehingga antar anak akan saling melngkapi koleksinya. Dengan membawa almari yang berisi berbagai properti bermain inilah, sehabis makan siang saya segera mendatangi teman saya untuk diajak bermain. "Hestiiiiii, dolanan putren yuk," ajak saya.
Minimal dua orang untuk bermain putren ini. Langkah awal dalam bermain ini adalah menyusun perabotan rumah. Saya buat kursi dan meja dari kertas. Tempat tidur tinggal ambil dari kertas putren, Saya pilih pakaian yang sesuai dengan peran yang akan dimainkan. Saya pilih gambar tokoh yang saya sukai.
Bila teman-teman saya semua sudah selesai menata rumah maka tiba saatnya untuk memainkan permainan ini. Dimulai dengan bangun pagi. "Kukuruyuk," teriak teman saya menandakan bahwa pagi telah tiba. Saya segera ambil boneka kertas dan memerankannya seperti orang bangun tidur dan memasuk ke kamar mandi. "Jebur....jebur....", saya menirukan suara orang mandi. Saya pun segera menghampiri teman saya Hesti untuk saya ajak berangkat kesekolah, "Hesti, uwis esuk kie. Ayuk maring sekolah. Aja kelalen sarap ndisit. Batire kiye uwis pada nunggu maring kene."
Adegan selanjutnya adalah pulang sekolah. Saya segera masuk rumah, memasak makanan di dapur untuk makan siang. "Nyam...nyam.....," ucap saya menirukan orang makan. Dan, tidak lupa saya ambil gambar telepon menanyakan keadaan teman saya, "Kring....kring....Hallo.....hallo.....Hesti, rika lagi ngapa siki. Nyong dolan maring kana ya?" Seterusnya saya bertamu.
"Dok....dok....dok," saya mengetok pintu. "Mlebu bae Mon. Lawange ora dikunci ko," teriak dari dalam rumah. Hestipun segera menghidangkan makanan seperti es krim, sambil bertanya, "Arep ngombe apa ? Teh ana, kopi ana, susu ya ana. Ngomong bae ora sah isin-isin, kaya kuwe." Bila Hesti ulang tahun maka dia akan saya kasih gambar kalung,"Kiye kalung hadiah ulang tahun. Ditampa ya ?". Bila hendak pulang biasanya saya berujar,"Uwis sore kiye, inyong arep turu ndisit. Ngesuk inyong maring kene maning ya, Hes ?"
Permainan putren ini merupakan permainan yang memerankan seorang remaja putri dengan berbagai baju yang dikenakannya. Melatih seseorang untuk berimajinasi sesuai karakter yang sedang dimainkannya. Merangkai dialog sebagaimana kehidupan sehari-hari. Pemain diajak berkhayal untuk melakukan aktivitas kalangan menengah atas seperti shopping, pesta, dll.
Perbedaan kartu putren dahulu dan sekarang diantaranya yaitu ukuran kertasnya jaman dahulu berukuran 13 cm x 19 cm, sedang yang dijual sekarang lebih besar yaitu berukuran 17 cm x 26 cm. Untuk gambar tempat tidur, jaman dulu hanya berupa segi empat, dengan dua kasur guling, kalau sekarang gambar tempat tidurnya terkesan tiga dimensi karena digambar dari arah samping dengan dua bantal dan dua selimut. Jenis bajunya jaman dulu banyak pernik-pernik berhiasan terkesan berkilau, sedang gambar baju sekarang lebih polos dan tidak terlalu banyak aksesorisnya. Pakaian model sekarang ada gaun mejeng, gaun malam minggu, gaun berkunjung, gaun ke panggung, pakaian ke kantor, pakainan piknik, busana resepsi, gaun ke plaza, busana rileks, gaun shopping, dan busana ke mall.
Itulah satu dari banyak jenis permainan yang saya sukai waktu kecil. Karena permainan ini mengajarkan kepada saya kemampuan berkomunikasi dengan orang lain, kemampuan memerankan berbagai karakter orang dan kemampuan menata rumah tinggal.