17 Maret 2009

Gathengan

By Nella A.P.

Saya punya kakak sepupu dirumah yang biasa ngajak bermain sehabis sekolah. Kadang dia sangat menyebalkan karena sering mengajak bermain permainan untuk anak laki-laki semisal perang-perangan sehingga males bermain dengannya lagi. Akhirnya saya mencari tetangga saya yang juga suka bermain gatheng. Permainan biasanya hanya dimainkan oleh anak perempuan saja. Anak laki-laki hanya menonton saja. Permainan ini membutuhkan konsentrasi dan ketrampilan. Minimal pemainnya dua anak, semakin banyak pemainnya maka semakin lama menunggu giliran main.

Terlebih dahulu para pemain menentukan dan menyepakati jumlah batu kerikil berukuran sedang sekitar 1 cm yang akan dimainkan. Istilah ditempat saya yaitu batu yang "disakukan", batu yang dijadikan modal selama bermain. Batu yang dikumpulkan kemudian diperebutkan oleh para pemain. Untuk menentukan urutan pemain dilakukan undian dengan hompimpah.

Pertama-tama batu disebar. Pemain urutan pertama mengambil satu batu. Batu tersebut dilempar keatas. Meraup sebanyak-banyaknya batu, baru menangkap lagi batu yang dilempat tadi. Dalam meraup batu tidak boleh menyentuh batu yang lainnya. Bila ada yang tersentuh dianggap mati dan ganti pemain yang lain. Bila batu yang dilempar keatas tadi tidak bisa tertangkap tangan juga menyebabkan pemain mati. Atau, keburu menangkap batu yang jatuh tetapi tidak sempat meraup batu juga mati.

Pemain yang mendapatkan batu terbanyak dialah yang pemenangnya. Dan, banyaknya periode permainannya tergantung kesepakatan.Disini juga berlaku sistem hutang. Bagi pemain yang kalah dan kehabisan modal batu dapat hutang pada pemain yang menang dan punya banyak batu.

Pada saat menunggu giliran main ini terasa dag dig dug, berharap lawannya segera melakukan kesalahan, dan ketika kita main juga kadang grogi sehingga jadi sering melakukan kesalahan apalagi sering diganggu oleh pemain yang lain. Apalagi yang menonton banyak anak laki-lakinya mereka senang sekali bila dapat mengganggu yang menyebabkan pemain mati, mereka pada bersorak-sorak kegirangan.

Di rumah saya di Gerselo, Patalan, Jetis, Bantul Yogyakarta permainan ini banyak dimainkan oleh anak-anak karena batu kerikil mudah didapat dan aturan permainannya juga sederhana.