24 Maret 2009

Piceng

By Ayu Sartika Hiasyah

Piceng berasal dari bahasa Makasar yang berarti tutup botol. Cara bermainnya yaitu sediakan 5 atau 7 tutup botol. Setiap pemain bersama-sama menentukan poin final tertinggi, biasanya antara 20 sampai 35. Pemain minimal 2 orang. Lebih dari 2 orang dapat membentuk team. Urutan pemain dilakukan dengan pingsut.

Para pemain mengambil posisi melingkar dan menyisakan space di tengah untuk arena piceng. Pemain pertama berhak untuk menyebar piceng di tengah arena. Piceng yang sudah tersebar tidak boleh dirubah posisinya. Satu piceng diambil dari arena. Satu piceng membidik satu piceng yang lain sehingga saling berbenturan, minimal saling sentuh. Kedua piceng yang saling berbenturan disentil agar keluar dari arena. Hal yang sama dilakukan terhadap piceng yang tersisa.

Jika piceng yang disentil tidak bersentuhan dengan piceng yang lain maka dianggap gagal dan tiba giliran pemain berikutnya. Dengan sebelumnya pemain lawan berhak untuk menentukan piceng mana yang akan dibidik dan piceng untuk membidiknya.

Jika seluruh piceng dapat diselesaikan, seluruh piceng dikumpulkan dan dilempar ke atas dan ditangkap dengan posisi tangan menelungkup. Ditangkap dengan punggung telapak tangan. Setiap piceng yang tertangkap di punggung telapak tangan bernilai 1 poin. Sampai mendapat poin yang telah disepakati.

Pemain yang memperoleh poin tertinggi paling awal, kemudian memberikan utang kepada pemain yang lain dengan cara menyusun tiap piceng di lengan satu persatu dengan jarak sekitar 5 cm. Lengan lalu ditarik kebelakang sehingga semua piceng terkumpul di genggaman tangan. Piceng tersebut lalu dilempar ke udara dan ditangkap lagi dengan punggung telapak tangan. Piceng yang terkumpul di punggung telapak tangan akan mengurangi 1 poin semua lawannya.

Sebenarnya dahulu kala permainan ini menggunakan batu kerikil, akan tetapi seiring perkembangan jaman, batu kerikil mulai digantikan dengan tutup botol yang lebih pipih sehingga lebih mudah dimainkan. Teknik permainannyapun kemudian semakin berkembang. Diantaranya dengan teknik pantul. Menjadikan lengan sebagai medan pantul dalam membidik piceng sasaran. Juga teknik melompat dengan membuat piceng mampu melompat menuju sasaran.

Jika saat pertama menyebar piceng dan ternyata semua piceng menengadah keatas atau semua piceng dalam posisi tertelungkup kebawah semua, maka pemain dapat hak istimewa dengan langsung mengambil poin, tanpa perlu membidik piceng.

Jika saat menyebar piceng 3 diantaranya berada dalam posisi menengadah keatas atau telungkup kebawah maka dapat hukuman dengan cara meletakkan 3 piceng sebagai penghalang di tengah yang berjarak sejengkal dari pembidik dan berjarak 4 jari ke arah sasaran.

Itulah permainan saya sewaktu nyantri di PP Putri Ummul Mukminin di Makasar, Sulawesi Selatan.