19 Januari 2009

Gamparan

By : Kelik Supriyanto

Rumah saya hanya sekitar 1 km dari sungai Gendol. Saat saya kecil sungai tersebut sering ladu yaitu banjir berupa campuran pasir dan lumpur. Suaranya sangat mengerikan dan dijadikan tontonan masyarakat disepanjang sungai ini. Bila sungai Gendol meluap atau berbelok aliran laharnya dan masuk ke permukiman penduduk maka akan dibunyikan kentongan titir, berbunyi bertalu-talu tanpa henti. Memberitahukan penduduk disekitar sungai tersebut untuk segera menyingkir. Setelah dibangunnya Dam disepanjang hulu sungai Gendol, banjir besar sudah tidak sampai ke daerah saya yang berjarak 15 km dari puncak Merapi. Sungai Gendol telah menjadi bagian dan nafas dalam kehidupan masyarakat saya. Dari sanalah masyarakat mengambil pasir dan batu untuk dijual atau untuk digunakan membangun rumah sendiri.

Sehabis sekolah di SD saya bersama teman-teman biasanya langsung menuju sungai Gendol untuk mencari batu pilihan. Batu yang bentuknya pipih seperti batu-bata dan berpori-pori halus. Watu Item atau batu hitam biasa kami menyebutnya. Batu jenis ini mempunyai kekerasan yang lebih baik dan permukaannya licin sehingga enak membawanya. Batu ini merupakan syarat mutlak untuk bisa ikut permainan Gamparan yang biasa dimainkan pada sore hari menjelang magrib.

Dasar dari dolanan Gamparan ini dengan mengadu batu dengan batu. Batu lawan diletakkan berdiri dalam jarak sekitar 10 meter, terus kita hantam dengan batu milik kita. Batu kita letakkan di kaki. Ambil ancang-ancang sambil ayunkan batu yang ada di kaki. Teman-teman kita juga menghantam batu yang pas ada di pihak yang dipasang. Bila batu yang terhantam patah maka dia harus keluar dari permainan. Jika batu yang milik kita untuk menghantam juga pecah maka juga dianggap sudah kalah dan harus keluar dari arena. Hanya batu yang tetap utuh dan tidak terbelah saja yang boleh bertahan dalam permainan ini.

Pada akhirnya hanya ada dua batu yang difinalkan. Batu yang tidak patahlah yang akan jadi pemenang. Kalau dua-duanya patah maka tidak ada pemenang dalam permainan ini. Intinya hanya batu yang keras dan kita hantamkan dengan kuat saja yang akan jadi pemenang.

Orang hidup itu memang harus mempunyai keteguhan sekeras batu dalam permainan saya tadi. Hanya yang punya keinginan dan niat yang kuat saja yang akan dapat survive dalam menghadapi kehidupan ini. Dan benturan-demi benturan suka atau tidak suka pasti akan kita temui. Hanya yang sekeras batu hitamlah yang tidak akan terhanyut oleh aliran air kehidupan. Dan, tentunya tidak mudah tergerus oleh gesekan-gesekan yang menimpanya.

Itulah barangkali hikmah yang dapat diambil dari dolanan waktu kecil saya tadi. (sok filosofis. Hee...He...)