By : Much. Fatchurochman
Dahulu saya pingin sekali punya othok-othok monyet. Setiap keinginan ini saya ungkapkan kepada orangtua, mereka selalu menolaknya. Mereka bilang bahwa dolanan jenis ini dapat menimbulkan suara berisik dirumah. Memang, suaranya sangat keras, thok... thok.....thok...... ketika rodanya mulai dijalankan. Apalagi saat itu termasuk jenis dolanan yang tidak murah.
Baru ketika orangtua saya mengajak saya jalan-jalan di Alun-Alun Blitar yang memang tidak jauh dari rumah saya, keinginan saya tersebut akhirnya terkabul. Sebuah othok-othok monyet berhasil saya miliki. Bila sore telah tiba, saya bergabung dengan teman-teman yang lain bermain othok-othok di jalanan desa. Kadang kami melakukan perlombaan kecepatan. Yang larinya cepat dengan othok-othoknya maka dialah pemenangnya. Gagah rasanya jika menang. Tidur jadi nyenyak dan makan jadi lahap.
Sebenarnya othok-othok ini merupakan dolanan yang sederhana tetapi sampai sekarang saya tetap tidak bisa membuatnya. Bahan utama untuk membuat othok-othok ini hanya pelat logam dan lempengan kayu. Pelat logam yang menegang akan memukul lempengan kayu sehingga menimbulkan suara, thok...thok...thok... Putaran roda akan selalu menarik pelat logam ini sehingga suara terus berbunyi. Yang susah membuatnya adalah bentuk monyetnya yang terbuat dari kayu. Ditengah badan monyet dilubangi untuk memasukkan kawat penyangga kepalanya dan supaya bisa bergerak mengikuti putaran roda.
Asyik sekali gerakan ketheknya, bila roda berputar maka kepala monyet akan menengok kekiri-kekanan dan kakinya seakan mengayuh sepeda. Geli rasanya kalau mengingat monyet saya tadi. Beh, luecu tenan....
Pada tahun 2004, ketika saya sedang melintas di salah satu gang kampung di kota saya. Mata saya tertuju pada seorang pedagang mainan yang ternyata dia menjajakan othok-othok monyet. Kenangan akan masa kecil, berlarian bersama teman-teman SD sambil membunyikan othok-othok monyet kembali membayang. Kubeli sebuah. Sampai dirumah seisi rumah pada ribut, kakakku menuduh, "Kamu itu kaya anak kecil aja. Beli mainan seperti itu. Beli aja dot bayi sekalian"
Sekarang dolanan koleksi saya itu aku berikan ke teman di Jogja yang memang hobi mengoleksi permainan anak tradisional. Semoga temanku tadi bisa merawat othok-othok monyet, yang dapat mengingatkan akan kenangan indah masa kanak-kanak saya di Blitar.